!!!

Followers

Monday, November 22, 2010

Semua itu Tidak Sama

Semua itu tidak sama Akhi.. Semua itu tidak sama Ukhti..

Iya, setiap orang bebas mengungkapkan pendapatnya yang menurutnya ia Benar. Tapi, semua itu tidaklah sama.

Opini masyarakat yang telah terbentuk dan melekat seolah menjadi sebuah paradigma bahkan mitos yang turun-temurun bahwa pengalaman selalu menjadi guru yang terbaik. Walau terkadang sejarah pun pernah menceritakan hal yang tidak sejalan dengan paradigma dari opini masyarakat yang telah terbentuk dari sekian waktu dan sekian generasi temurun.

Hampir mayoritas masyarakat kerapkali mengetahui paradigma-paradigma bentukan hingga menjadi mitos yang kerap mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menyikapi sesuatu. Aspek tersebut baik dari suku etnis tertentu jika disandingkan dengan etnis lainnya, sisi zodiak, sisi adat maupun budaya yang hingga sebagian terbentuk menjadi nilai keluhuran dalam suatu masyarakat. Boleh jadi hal tersebut jika disepadankan dengan unsur agama boleh jadi bernilai tidak syar’i. Wallahu a’lam.

kesemuanya itu saya menyebutnya hal ini dengan ”semua itu tidak sama”.

Berikut sedikit penjabaran temuan analisis yang saya temukan dilihat dari berbagai aspek kehidupan.

Hampir sebagian umum masyarakat mengatakan manusia mengkonsumsi makanan yang baik & umum adalah 3x sehari. Apakah cukup benar pola makan itu yang terbaik?

Ternyata, semua itu tidak sama..

Pola Makan Terbaik, Dua Kali Sehari

http://matanews.com/2010/03/21/pola-makan-terbaik-dua-kali-sehari/

Bahkan Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya terkait pola makan yang baik itu adalah:

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)

Di dalam Al-qur’an pun menjelaskan :

… Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raaf [7]: 31)

Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan apabila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan). (Muttafaq Alaih)

Rata-rata waktu tidur yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 8 jam per hari. Kalau jumlah ini tidak dipenuhi, setiap kekurangan waktu tidur akan menjadi utang. Dan utang, tentu akan menjadi beban bagi tubuh. Untuk melunasinya bisa dengan menyiasati waktu tidur.

Ternyata, Semua itu tidak sama.

Teori tidur 8 jam yang selama ini kita kenal tidak sepenuhnya benar. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang hanya tidur 4-5 jam sehari, bisa tetap sehat, energik, dan tidak terlihat seperti orang yang kurang tidur. Bahkan National Sleep Foundation (NSF) menemukan fakta bahwa 74 persen orang dewasa Amerika hanya tidur beberapa malam dalam sepekan, 39 persen di antaranya tidur kurang dari 7 jam tiap malam, walaupun juga lebih dari 37 persen mengantuk sepanjang hari hingga akhirnya mengganggu aktivitas seharian.

Tapi, Semua itu tidak sama.

“Bahwasanya Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam tidur pada awal malam dan bangun pada pengujung malam, lalu beliau melakukan shalat”.(Muttafaq `alaih)

Mandi Malam Bukan Penyebab Rematik

mandi malam hari dengan air dingin tidak akan menyebabkan rematik. Bahwa rematik adalah penyakit yang hanya menyerang orang lanjut usia juga ternyata pandangan yang salah. fakta-fakta lain seputar penyakit rematik yang dirangkum oleh para ahli dari Pfizer dengan membaca artikel ini.

http://health.kompas.com/read/2010/11/12/11090894/Mandi.Malam.Bukan.Penyebab.Rematik

Kaya = Bahagia

Mendapatkan banyak uang dan membuat seseorang lebih kaya, belum tentu membuat yang bersangkutan bahagia. Berdasarkan penelitian dari University of Warwick dan Cardiff University, Inggris Raya menemukan bahwa kebahagiaan seseorang ternyata tergantung pada tingkat sosialnya. Hasil penelitian itu menunjukkan, jika seseorang pendapatannya meningkat itu belum tentu membuatnya bahagia jika tak mengubah posisi sosialnya. Untuk membuatnya bahagia, pendapatan itu harus menjadikannya lebih kaya dari rekan-rekannya atau para tetangganya.

"Seseorang dengan pendapatannya 1 juta dolar AS (sekitar Rp 920 juta) setahun belum tentu bahagia jika ia tahu temannya berpendapatan 2 juta dolar AS (sekitar Rp1,8 miliar) setahun," ujar Chris Boyce, peneliti dari University of Warwick, yang meneliti masalah itu. Hasil penelitian itu menunjukkan, jika seseorang pendapatannya meningkat itu belum tentu membuatnya bahagia jika tak mengubah posisi sosialnya. Untuk membuatnya bahagia, pendapatan itu harus menjadikannya lebih kaya dari rekan-rekannya atau para tetangganya.

Hasil penelitian itu menunjukkan, jika seseorang pendapatannya meningkat itu belum tentu membuatnya bahagia jika tak mengubah posisi sosialnya. Untuk membuatnya bahagia, pendapatan itu harus menjadikannya lebih kaya dari rekan-rekannya atau para tetangganya.

Hasil penelitian lain yang dipublikasikan pada 1 Juli 2010 menunjukkan hal yang mirip. Penelitian yang meliputi 136.000 orang dari 132 negara itu menunjukkan bahwa tidak berarti negara yang masyarakatnya lebih kaya, masyarakatnya lebih bahagia. Amerika Serikat yang penduduknya rata-rata paling kaya di dunia hanya menempati urutan ke-16 di antara 132 negara di dunia dalam soal kebahagiaan. Uang memang membuat mereka lebih kaya tetapi belum tentu membuatnya lebih bahagia.

Ada juga negara seperti Korea Selatan dan Rusia yang dari pendapatan masyarakatnya tinggi tapi mereka kurang menikmati hidup sehingga dalam urutan kebahagiaan itu mereka berada di bawah. Urutan pertama diduduki Denmark. Kuncinya karena masyarakat Denmark lebih berpikiran positif dan lebih bisa menikmati hidup sehingga mereka lebih berbahagia.

http://www.andriewongso.com/artikel/aw_corner/3461/Kaya__Bahagia/

Semua itu tidak sama.

Yang lebih tua yang lebih bijak yang lebih berpengalaman..yang lebih benar??

Banyak Orang dewasa berkata bahwa semua orang yang lebih tua, tentunya lebih berpengalaman dan lebih bijak dalam menyikapi kehidupan. Walau mungkin hal tersebut ada benarnya,

Tapi, Semua itu tidak sama.

Sejarah telah mengungkapkan tidak semua seseorang yang lebih tua dan berpengalaman itu selalu benar hal ini dibuktikan oleh tokoh-tokoh besar dunia lalu seperti Albert Enstein yang saat kecil suka melamun. Menurut guru-gurunya di Jerman, Enstein akan gagal di bidang apapun, dan lebih baik tidak bersekolah. Namun Enstein berusaha hingga menjadi ilmuwan terbesar sepanjang sejarah.

Selain itu pula, Winston Churchil, pahlawan Inggris dan salah seorang orator ulung yang lemah dalam banyak pekerjaan di sekolah, dan kalau berbicara ia cadel dan gagap. Selain itu,Thomas Alfa Edison yang memiliki 1033 hak patern, juga pernah dipukul gurunya karena banyak bertanya, sehingga dianggap mempermainkan sang guru. Edison sering dihukum, hingga ia akhirnya hanya bisa mengenyam pendidikan sekolah selama tiga bulan saja.Bukankah secara psikis setiap orang harus serta memiliki semangat pantang menyerah.

Kala itu Thomas Alva Edison sempat ditanya tentang ribuan kegagalannya, Thomas Alva Edison menjawab, “Saya tidak gagal, tapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu yang berhasil. Saya pasti sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”

Cobalah kita refleksikan pula pesan tersirat dari seorang Aa’ Gym itu sendiri dalam kesaksiannya tentang kedewasaan dalam menyikapi sesuatu.

Titik balik Aa’ Gym

Curhat Aa’ Gym tentang adik kandungnya yang juga merupakan titik balik Aa’Gym:

http://www.youtube.com/watch?v=TPy2XnbbibM&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=5kGQ-zO2nmQ&feature=related

Curhat Aa’gym tentang perubahan titik balik dirinya :

http://www.youtube.com/watch?v=gkzXcoX9w1A&feature=related

Yang berpendidikan itu lebih cerdas, lebih sukses dan lebih terhormat

Hampir semua manusia (orang bijak) di muka bumi ini sepakat berpendapat Pendidikan itu sangatlah penting. Namun, Tidak sedikit pula sebagian besar manusia di muka bumi ini yang beranggapan bahwa dengan orang yang memiliki Strata Pendidikan tersebut memiliki output jauh lebih cerdas, jauh lebih sukses (berhasil) dan jauh lebih terhormat..

Hmmfft..Semua itu tidak sama Akhi.. Semua itu tidak sama Ukhti...

Walaupun Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini, namun semua itu tidaklah menentukan bahwa seseorang tersebut pasti akan jauh lebih cerdas, jauh lebih sukses dan tentunya jauh lebih terhormat..

Mari kita berselancar menjelajahi pembuktikan paradigma yang sudah melekat ini..di mata masyarakat ini bahwa Yang berpendidikan itu lebih cerdas dan lebih sukses??

Pembuktian ini bukanlah mencari pembenaran, melainkan mengkaji penemuan bahwa semua itu tidaklah harus selalu sama dengan apa yang kita pikirkan...

Seperti kita ketahui, semua orang tua pastinya menginginkan anak-anak mereka untuk berhasil dalam hidup; Itu sebabnya orangtua yang bijak sudah selayaknya memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Namun, terlepas dari keberhasilan atau tidak, kita kembalikan kembali dari potensi pola berpikir,kemampuan berusaha dengan sungguh-sungguh, memiliki ide dan tindakan kreatif, inovatif dan bertindak cepat dalam memutuskan masalah bagi sang anak hingga ia tumbuh menjadi dewasa sesuai dengan apa yang telah sang anak lakukan selama hidupnya hingga tumbuh dewasa.

Jika anda percaya bahwa gelar, ijazah, atau pendidikan tinggi bisa selalu menghantarkan anda pada kesuksesan dan kekayaan. Ternyata, sejarah pun telah menorehkan pembuktiannya bahwa masih terdapat sekumpulan orang yang tanpa harus memiliki pendidikan yang tinggi ia bisa meraih kecerdasan dan kesuksesan dalam hidup ini, mereka diantaranya adalah Bob Sadino (pengusaha agribisnis), Theresia Widia Soerjaningsih (rektor Ubinus), Purdi E. Chandra (grup Primagama), Sofia Achmad (direct seller), Andrie Wongso (pengusaha dan motivator), Ida Kuraeny (top agen asuransi dan public speaker), Liem Lie Sia (top agen asuransi dan public speaker), Lisa Kuntjoro (top agen asuransi), Sunarno (leader MLM), Gede Prama (inspirator dan public speaker), dan Billi P.S. Lim (motivator).

Purdi E. Chandra, Direktur Utama Yayasan Primagama mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, tidak perlu IP tinggi, ijazah, apalagi modal uang. “Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Pakai ilmu street smart saja. Cerdas di lapangan, di jalanan.

Orang yang akademik, sekolahnya pintar, IP atau nilai tinggi, dia terkadang tidak berani menentang teori. Seolah menjadi robot. Padahal hidup dia itu bukan di masa lalu. Hidup dia itu kan di masa mendatang, dan itu serba berubah cepat. Tidak ada yang sama dengan teori yang dia pelajari. Teori itu kan hasil temuan. Kenapa kita tidak bisa menemukan sendiri? Ujarnya.

Yang lebih berpendidikan, lebih terhormat???

Sejarah di Indonesia pun telah membuktikan bahwa seseorang yang berpendidikan tidak semua terhormat maupun terpandang baik di sisi pandangan manusia maupun Alloh SWT. Wallahu a’lam.

Berapa banyak koruptor yang telah memiliki Pendidikan tinggi namun saat ini mengenyam pendidikan di balik jeruji. Bahkan seorang yang hafidz qur’an pun sekalipun..tanpa ada maksud menggurui ataupun membuka aib..semoga semua hal ini bisa menjadi ibroh bagi kita semua..bahwa sesungguhnya dalam hidup ini tidak ada manusia yang sempurna dan harus selalu sejalan dengan apa yang kebanyakan orang pikirkan..Saya menyebutnya hal ini, Semua itu tidak sama

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/01/09/brk,20060109-72029,id.html

http://www.detiknews.com/read/2005/06/26/181716/390013/10/said-agil-dikunjungi-6-anaknya?nd993303605

Bukankah sesungguhnya tingkat kecerdasan dan kesuksesan seseorang ditentukan pula oleh gaya (pola) berpikir seseorang tersebut??? Pada saat seseorang melakukan sesuatu tindakan tentunya akan didasari dari cara seseorang tersebut berpikir. Hasil dari tindakan seseorang tersebut menyatakan buah dari pemikiran seseorang. Dari situlah sesungguhnya letak pentingnya bagaimana cara berpikir yang baik dan benar. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sanggup memaksimalkan cara berpikir kita sebagai suatu anugerah yang sangat besar..

Pernahkah pula kita mengamati bagaimana gaya berpikir orang-orang yang jenius dan kreatif di ilmu pengetahuan, kesenian, dan industri-industri sepanjang sejarah??

Sedikit ilustrasi, Leonardo da Vinci percaya bahwa untuk menambah pengetahuan tentang suatu masalah dimulai dengan mempelajari cara menyusun ulang masalah tersebut dengan berbagai cara yang berbeda. Ia merasa bahwa pertama kali melihat masalah itu terlalu prubasangka. Seringkali, masalah itu dapat disusun ulang dan menjadi suatu masalah yang baru. Jadi, lihatlah persoalan anda dengan berbagai cara yang berbeda dan cari perspektif baru yang belum pernah dipakai oleh orang lain.

Albert Einstein ketika memikirkan suatu masalah, ia selalu menemukan bahwa perlu untuk merumuskan persoalannya dalam berbagai cara yang berbeda-beda yang masuk akal, termasuk menggunakan diagram-diagram. Ia membayangkan solusi-solusinya dan yakin bahwa kata-kata dan angka-angka tidak memegang peran penting dalam proses berpikirnya.

Thomas Alva Edison yang memegang 1.093 paten. Dia memberikan jaminan produktivitas dengan memberikan ide-ide pada diri sendiri dan asistennya. Dilain hal berbeda, dalam studi dari 2.036 ilmuwan sepanjang sejarah, Dekan Keith Simonton, dari University of California di Davis, menemukan bahwa ilmuwan-ilmuwan yang dihormati tidak hanya menciptakan banyak karya-karya terkenal, tapi banyak yang buruk. Mereka tidak takut gagal, atau membuat kesalahan besar untuk meraih hasil yang hebat. Yang terpenting adalah Produktivitas.

Bilamana kita mencoba sesuatu dan gagal, kita akhirnya mengerjakan sesuatu yang lain. Hal ini adalah prinsip pertama dari sebuah ke”kreatifan”.

Kegagalan dapat menjadi produktif hanya jika kita tidak terfokus pada satu hal sebagai suatu hasil yang tidak produktif. Sebaliknya, menganalisa proses, komponen-komponen dan bagaimana anda dapat mengubahnya untuk memperoleh hasil yang lain. Jangan bertanya, Mengapa saya gagal?? melainkan ?Apa yang telah saya lakukan??

Akhi & Ukhti..Semua permasalahan & kejadian tidaklah harus selalu diselesaikan dengan cara yang sama pula. Kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam kehidupan tidaklah selalu ditentukan dari pengalaman dan kenangan akan prestasi yang pernah ia raih. Melainkan berpikirlah dengan cara yang cerdas..karena,

Semua itu tidak sama

Let’s we’re think out of the box.

Semoga semua ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua. Aku menyebutnya substansi hal ini bahwa Semua itu tidak sama.

***************

"Seberapa besar kesuksesan Anda bisa diukur dari seberapa kuat keinginan Anda, setinggi apa mimpi-mimpi Anda, dan bagaimana Anda memperlakukan kekecewaan dalam hidup Anda.” Robert Kiyosaki, motivator asal Amerika Serikat"

"Perlu 20 tahun untuk membangun reputasi dan cukup 5 menit untuk menghancurkannya. Jika Anda berpikir tentang hal ini, Anda akan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.” Warren Buffett, investor dan pengusaha Amerika Serikat"

""Tanpa terus-menerus tumbuh dan berkembang, kata-kata seperti kemajuan, prestasi, dan sukses tak punya arti apa-apa.” Benjamin Franklin (1706—1790), ilmuwan, filsuf, penulis, dan penemu asal Amerika Serikat"

""Hidup tidak akan hidup jika Anda tidak membuat kesalahan.” Joan Collins, artis Inggris"

""Jangan biarkan keadaan mengontrolmu. Kamulah yang mengontrol keadaan.” Jackie Chan, aktor laga asal Hong Kong"

""Memahami orang lain adalah kearifan, memahami diri Anda sendiri adalah pencerahan.” Lao Tzu (600–531 SM), filsuf asal China"

"Kita sering berpikir terlalu sempit, seperti katak di dasar sumur yang mengira langit itu hanya sebesar lubang atas sumur. Jika katak itu muncul ke permukaan, dia akan melihat pemandangan yang berbeda.” Mao Tse-Tung (1893–1976), tokoh terkemuka China"

"Inovasilah yang membedakan seorang pemimpin dan pengikutnya." Steve Jobs, pengusaha Amerika Serikat, pendiri Apple "

"Yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bukan karena yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani mempertaruhkan ide, menghitung risiko, dan bertindak cepat." Andre Malraux (1901-1976), sejarawan Prancis"

* Ketika kita merasa berjasa sedang orang lain merasa terhinakan, itu pertanda kita tengah gagal. Sukses itu juga diukur lewat kebersamaan ”Aa’ Gym”

* Tanda orang sukses itu adalah ketika ia diberi sesuatu (baik berupa kesempitan ataupun kelapangan) selalu membuatnya semakin dekat dengan Allah. ”Aa’ Gym”

* Orang yang sukses sejati adalah orang yang terus menerus berusaha membersihkan hati. ”Aa’ Gym”

* Dua upaya yang harus kita lakukan untuk mencapai kesuksesan, yaitu mencari dan memperbaiki kekurangan diri, serta menggali ilmu untuk meneladani Rasulullah. ”Aa’ Gym”

* Tatkala ujian kesusahan membuat kita bermaksiat kepada Allah, maka ujian itu menjadi musibah karena kita gagal dan salah menyikapinya. ”Aa’ Gym”

kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif. (Ary Ginanjar)

melakukan apa yang diketahui jauh lebih penting dibanding mengetahui banyak hal tanpa aksi. ”Ahmad Zamhari Hasan, Penggagas & Pengelola Kuliah Alternatif Online (KAO)”

“Sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan.” (Qs. at-Tîn; 4)

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)



"Manusia hidup dengan tindakan, bukan dengan gagasan.” Anatole France (1844-1924), penulis Prancis"

"Saya tidak pernah khawatir dengan tindakan apa pun, saya hanya cemas dengan tindakan yang lamban." Winston Churchill (1874-1965), Perdana Menteri Inggris semasa Perang Dunia II

"Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan burung tanpa sayap." Salvador Dal

"Banyak orang takut mengatakan apa yang mereka inginkan. Itulah mengapa mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan." Madonna, penyanyi dan aktris Amerika Serikat

No comments: